“Barangsiapa berpuasa kerana iman dan ikhlas,
maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Kalimat di atas adalah
kutipan dari hadits Abu Hurairah di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa
di bulan Ramadhan kerana iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di
masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Baththol rahimahullah
mengatakan, “Yang dimaksud kerana iman adalah membenarkan wajibnya puasa dan
ganjaran dari Allah ketika seseorang berpuasa dan melaksanakan qiyam ramadhan.
Sedangkan yang dimaksud “ihtisaban” adalah menginginkan pahala Allah dengan
puasa tersebut dan senantiasa mengharap wajah-Nya.” (Syarh Al Bukhari libni
Baththol, 7: 22).
Entinya, puasa yang dilandasi
iman dan ikhlas itulah yang menuai balasan pengampunan dosa yang telah lalu.
Salah seorang ulama di
kota Riyadh, Syaikh ‘Ali bin Yahya Al Haddady hafizhohullah memberikan
faedah tentang hadits di atas:
1.
Amalan yang dilakukan
seseorang tidaklah manfaat sampai ia beriman kepada Allah dan mengharapkan
pahala dari Allah (baca: ikhlas). Jika seseorang melakukan amalan tanpa
ada dasar iman seperti kelakuan orang munafik atau ia melakukannya dalam rangka
riya’ )(ingin dilihat orang lain) atau sum’ah (ingin didengar orang lain)
sebagaimana orang yang riya’, maka yang diperoleh adalah rasa penat dan lelah
saja. Kita berlindungi pada Allah dari yang demikian.
2.
Sebagaimana orang yang
beramal akan mendapatkan pahala dan ganjaran, maka merupakan kurnia Allah ia
pun mendapatkan anugerah pengampunan dosa -selama ia menjauhi dosa besar-.
3.
Keutamaan puasa Ramadan
bagi orang yang berpuasa dengan jujur dan ikhlas adalah ia akan memperoleh
pengampunan dosa yang telah lalu sebagai tambahan dari pahala besar yang tak
hingga yang ia peroleh.
4.
Sebagaimana ditunjukkan dalam
hadits yang lain, pengampunan dosa yang dimaksudkan di sini adalah pengampunan
dosa kecil. Adapun pengampunan dosa besar maka perlu pada taubat yang khusus sebagaimana
diterangkan dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Di antara solat yang lima waktu, di antara Jumaat yang satu dan
Jumaat yang berikutnya, di antara Ramadan yang satu dan Ramadan berikutnya,
maka itu akan menghapuskan dosa di antara dua waktu tadi selama seseorang
menjauhi dosa besar.” (HR. Muslim).
No comments:
Post a Comment