Tuesday, October 8, 2013

DUA PULUH AMALAN YANG DAPAT MENGHAPUSKAN DOSA-DOSA KECIL



Sahabat yang dirahmati Allah, 
Setiap anak Adam selain daripada Nabi dan Rasul akan melakukan kesalahan dan berdosa. Sebaik-baik mereka yang berdosa adalah bertaubat dan beristighfar kepada Allah SWT. Selain daripada istighfar dan taubat yang kita ucapkan untuk memohon ampun kepada Allah SWT , terdapat dua puluh amal soleh dan amal ibadah yang boleh menjadi penebus dosa-dosa kita.

Amalan-amalan tersebut adalah seperti berikut :


Pertama : Menyempurnakan wuduk dan berjalan ke masjid.


Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : “Mahukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat. Mereka menjawab: 'Ya, wahai Rasulullah'. Baginda bersabda : 'Sempurnakan wuduk ketika masa sulit dan memperbanyak langkah ke masjid serta menunggu solat satu ke solat yang lain, kerana hal itu adalah ribath.” (Hadis Riwayat Muslim dan Tirmidzi)


Dalam hadis yang lain sabda Nabi SAW yang bermaksud : “Jika seseorang berwuduk lalu menyempurnakan wuduknya kemudian berangkat solat dengan niat hanya untuk solat, maka tidak melangkah satu langkah kecuali Allah angkat satu darjat dan hapus satu dosa.” (Hadis Riwayat Tirmidzi)


Kedua : Puasa hari Arafah dan Asy Syura.


Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Puasa hari Arafah saya berharap dari Allah untuk menghapus (dosa selama) setahun yang sebelumnya dan setahun setelahnya dan Puasa hari Asy Syura saya berharap dari Allah menghapus setahun yang lalu.” (Hadis Riwayat Tirmidzi)


Ketiga : Solat Terawih di bulan Ramadan.


Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Barangsiapa menegakkan Ramadan (solat terawih) dengan iman dan mengharap pahala Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘Alaihi)


Keempat : Haji yang mabrur.


Nabi SAW bersabda maksudnya : “Barangsiapa yang berhaji lalu tidak berkata keji dan berbuat kefasikan (kejelekan) maka ia kembali seperti hari ibunya melahirkannya.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari). 


Kemudian dalam sabda baginda yang lain maksudnya : “Haji mabrur balasannya adalah syurga.” (Hadis Riwayat Ahmad) 


Maksud hadis ini jika dapat masuk syurga bermakna Allah SWT telah menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukannya hingga bersih daripada dosa.


Kelima : Memaafkan hutang orang yang tidak mampu membayarnya.


Melakukan kebaikan setelah berbuat dosa . Nabi SAW bersabda maksudnya : “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan yang menghapusnya dan pergauli manusia dengan cara yang mulia.” (Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ahmad)


Sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang maksudnya: "Sesiapa yang menghilangkan atau melapangkan suatu kesusahan seorang mukmin di antara kesusahan-kesusahannya di dunia, maka Allah akan menghilangkan atau melapangkan suatu kesusahan di antara kesusahan-kesusahannya pada hari kiamat. Sesiapa yang memberikan kemudahan atas orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat." (Hadis Riwayat Mustaim, Abu Daud dan Tirmidzi).


Rasulullah SAW. bersabda yang maksudnya : "Sesiapa yang menangguhkan hutang orang yang belum dapat membayarnya atau membebaskannya, pada hari kiamat kelak Allah SWT. akan menaunginya di bawah naungan Arasy, di mana pada hari tersebut tidak ada naungan kecuali naungan-Nya." (Hadis Riwayat Tirmizi).


Keenam : Memberi salam dan berkata baik .


Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Sesungguhnya termasuk sebab mendapatkan ampunan adalah memberikan salam dan berkata baik.” (Hadis Riwayat Al-Kharaithi dalam Makarim al Akhlak)


Ketujuh : Sabar atas musibah .


Sabda Rasulullah SAW maksudnya : “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman, 'Sesunguhnya apabila Aku menguji seorang hamba-Ku yang mukmin, lalu ia memuji-Ku atas ujian yang Aku timpakan kepada-Nya, maka ia bangkit dari tempat tidurnya (dalam keadaan) bersih dari dosa seperti hari ibunya melahirkannya." (Hadis Riwayat Ahmad)


Kelapan : Menjaga solat lima waktu dan Jumaat serta puasa Ramadan.


Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Solat lima waktu dan Jumaat ke Jumaat dan Ramadan ke Ramadan adalah penghapus dosa diantara keduanya selama dosa-dosa besar dijauhi.” (Hadis Riwayat Muslim)


Kesembilan : Melaungkan Azan untuk solat fardu.


Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Sesungguhnya seorang muazin akan diampuni dosanya sepanjang (gema) suaranya.” (Hadis Riwayat Ahmad)


Kesepuluh : Melakukan solat fardu lima waktu.


Sabda Rasulullah yang bermaksud : "Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di pintu yang digunakan untuk mandi setiap hari lima kali, apa yang kalian katakan apakah tersisa kotorannya? Mereka menjawab, “Tidak ada sisa kotorannya sedikitpun.” Baginda bersabda maksudnya : “Solat lima waktu menjadi sebab Allah menghapus dosa-dosa.” (Hadis Riwayat Bukhari)


Kesebelas : Memperbanyak sujud .


Sabda Rasulullah yang bermaksud : “Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, kerana tidaklah kamu sekali sujud kepada-Nya melainkan Dia mengangkatmu satu darjat dan menghapus satu kesalahanmu (dosa) darimu.” (Hadis Riwayat Muslim)


Kedua Belas : Mengerjakan solat malam. 


Rasulullah bersabda yang bermaksud : “Hendaklah kalian solat malam, kerana ia adalah amalan orang yang soleh sebelum kalian dan amalan yang mendekatkan diri kepada Rabb kalian serta penghapus kesalahan dan mencegah dosa-dosa.” (Hadis Riwayat Al-Hakim)


Ketiga Belas : Berjihad di jalan Allah. 


Nabi SAW bersabda yang maksudnya : “Akan diampuni tiap dosa orang yang mati syahid kecuali hutang.” (Hadis Riwayat Muslim)


Keempat belas : Mengiringi haji dengan umrah. 


Rasulullah SAW bersabda maksudnya : “Iringi antara haji dengan umrah, kerana pengiringan antara keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana Al-Kier (alat pembakar besi) menghilangkan karat besi.” (Hadis Riwayat Ibnu Majah)


Kelima belas : Bersedekah.


Nabi SAW bersabda maksudnya : “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan pada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Baqarah ayat 271)


Rasulullah SAW bersabda maksudnya :“Sedekah menghapus dosa seperti air memadamkan api.” (Hadis Riwayat Ahmad, Tirmidzi dan selainnya)


Keenam belas : Menegakkan hukum Allah SWT.


Nabi SAW bersabda maksudnya : “Siapa saja yang melanggar larangan Allah kemudian ditegakkan padanya hukum pidana maka dihapus dosa tersebut.” (Hadis Riwayat Al-Hakim)


Ketujuh belas : Duduk di dalam masjid menunggu solat ke solat.


Nabi SAW bersabda maksudnya : “Mahukah kamu sekalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat. Mereka menjawab: 'ya wahai Rasulullah'. Baginda bersabda: 'menyempurnakan wuduk ketika masa sulit dan memperbanyak langkah kemasjid serta menunggu solat satu ke solat yang lain, kerana hal itu adalah ribath  (merapatkan hubungan dengan Allah SWT)” (Hadis Riwayat Muslim dan Al Tirmidzi).


Kelapan belas : Berzikir selepas solat.


Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda maksudnya : “Sesiapa yang membaca kalimat berikut di setiap selesai solat,

سُبْحَانَ اللهِ(33 ×) وَالْحَمْدُ لِلَّهِ (33 ×)وَاللهُ أَكْبَرُ (33 ×) لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

“Maha Suci Allah (33 x), segala puji bagi Allah (33 x) . dan Allah Maha Besar. (33 x) , Tidak ada Tuhan (yang hak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan. Bagi-Nya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.” ... maka akan diampuni kesalahannya, sekalipun seperti buih di laut.” (Hadis Riwayat Muslim, 3/262, no. 939.)

Ke sembila belas : Memperbanyakkan tasbih, tahmid, tahlil , takbir dan hauqqalah.


Al-Baqiyatush Shalihat terdiri atas kalimat :


1. Tasbih : Subhanallah 2. Tahmid : Alhamdulillah 3. Tahlil : Laa Ilaaha Illallaah

4. Takbir : Allahu Akbar 5. Hauqqalah : Lahaula Walakuwwata Illaabilla

Dari Ummu Hani ra dia berkata:”Suatu ketika lewatlah Rasulullah SAW dihadapanku. Lalu saya berkata , “Ya Rasulullah SAW saya sudah tua dan lemah. Beritahukanlah padaku suatau amalan agar dapat saya kerjakan sambil duduk” . Baginda bersabda:” Bacalah Subhanallah 100 kali, itu seimbang bagimu dengan memerdekakan 100 orang budak dari keturunan Ismail. Bacalah Alhamdulillah 100 kali, itu seimbang bagimu dengan mensedekahkan 100 ekor kuda yang bercahaya dan terkendali yang disedekahkan dijalan Allah. Bacalah Allahu Akbar 100 kali , itu seimbang bangimu dengan menyembelih 100 ekor unta yang terkorban dan diterima disisi Allah SWT. Dan bacalah Laa ilaaha illallah 100 kali” Abu Khalfin berkata aku kira pahalanya akan memenuhi antara langit dan bumi, dan tidak ada yang melebihinya darimu kecuali orang yang mengamalkannya melebihimu." (Hadis Riwayat Ahmad)


Dalam sebuah hadis menyebut daripada Abu Zar, beliau berkata: “Aku berjalan di belakang Rasulullah SAW, lalu baginda berkata kepadaku: “Wahai Abu Zar, mahukah aku tunjukkan kepada kamu satu perbendaharaan daripada beberapa perbendaharaan syurga? Aku berkata: "Mahu ya Rasulullah". Baginda bersabda: “La Haula wala Quwwata illa billah.”


Kedua puluh : Mengerjakan solat tasbih.


Ikrimah daripada Ibnu Abbas r.a., beliau berkata : Rasulullah SAW. bersabda kepada Abbas bin Abdul Mutalib yang bermaksud :


"Wahai Abbas pamanku. Apakah engkau suka aku memberi hadiah istimewa yakni kuajarkan sepuluh macam perbuatan yang dapat menghapus dosa? Apabila paman mengerjakannya Allah akan mengampuni dosa-dosamu, yang awal atau yang akhir, yang lama atau yang baru, yang disengaja maupun tidak sengaja, yang kecil atau yang besar, yang tersembunyi atau pun yang nampak.


Sepuluh perkara tersebut iaitu bahawa engkau solat empat rekaat, setiap rekaat engkau baca al-Fatihah dan sebuah surah. Apabila engkau telah membaca dalam rekaat pertama,tetaplah engkau dalam keadaan berdiri dan bacalah subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar (Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tidak ada tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Agung) sebanyak lima belas kali, kemudian rukuk dan bacalah kalimah tersebut sepuluh kali semasa dalam keadaan rukuk, kemudian engkau bangun dari rukuk dan bacalah kalimat itu sepuluh kali kemudian turun untuk sujud dan bacalah sepuluh kali semasa engkau dalam keadaan sujud. Apabila bangun dari sujud bacalah sepuluh kali kemudian engkau sujud dan bacalah sepuluh kali selepas itu engkau bangun dan bacalah sepuluh kali. Maka kesemuanya berjumlah tujuh puluh lima dalam setiap rakaat. Kerjakanlah kesemuanya dalam keempat rakaat.


Apabila engkau mampu mengerjakan solat tasbih setiap hari satu kali maka kerjakanlah. Apabila tidak mampu kerjakanlah seminggu sekali. Apabila tidak mampu, lakukanlah sebulan sekali. Apabila engkau tidak mampu juga, kerjakanlah setahun sekali. Jika engkau tidak mengerjakannya, lakukanlah sekali sahaja semasa hidupmu."

(Hadis Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah)

Sahabat yang dikasihi,

Marilah sama-sama kita beramal dengan amal-amal soleh dan amal ibadah yang akan dapat menghapuskan dosa-dosa kecil yang kita lakukan. Terlalu banyak dosa-dosa kecil yang kita lakukan tanpa kita sedari, maka dengan kita melakukan dua puluh amalan di atas diharapkan akan terhapuslah dosa-dosa kecil kita. Walaubagaimana pun dosa-dosa besar hanya terhapus dengan bertaubat kepada Allah SWT. Oleh itu banyakkan bertaubat dan beramal soleh semoga semua dosa-dosa kita di ampunkan oleh Allah SWT.
Sila rujuk abubasyer.blogspot.com




Monday, October 7, 2013

MENINGGAL SEMBAHYANG FARDHU JUMAAT


Apa hukumnya meninggalkan sembahyang fardhu Jumaat kerana tidak dibenarkan ketua dengan alasan tidak boleh meninggalkan kerja?

Apakah senarai uzur atau halangan yang membolehkan seseorang meninggalkan sembahyang fardhu Jumaat?

Apa tindakan yang patut dilakukan oleh seseorang yang dilarang meninggalkan kerja bersyif pada saat tibanya waktu menunaikan sembahyang fardhu Jumaat, dengan catatan bahawa kerja bersyif itu boleh diambil alih oleh orang yang tidak wajib bersembahyang Jumaat, seperti perempuan dan orang yang bukan Islam?

Bagaimana pula tindakannya jika tidak ada orang yang mahu mengambil alih kerja itu?

Apa hukumnya seseorang ketua tidak membenarkan pegawainya yang sedang bekerja untuk pergi menunaikan sembahyang fardhu Jumaat, sedangkan ketua itu boleh mengambil kebijaksanaan dengan menugaskan atau mencari (mengambil pekerja baru) orang yang tidak wajib bersembahyang Jumaat untuk melakukan kerja berkenaan?

Jawapan:

Hukum sembahyang fardhu Jumaat ialah fardhu ‘ain apabila berhimpun syarat-syarat wajib dan syarat-syarat sah sembahyang Jumaat itu.

Dalil yang menjelaskan kefardhuan sembahyang Jumaat itu sebagaimana firman Allah Ta‘ala:

Tafsirnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diserukan azan (bang) untuk mengerjakan sembahyang pada hari Jumaat, maka segeralah kamu pergi (ke masjid) untuk mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyang Jumaat) dan tinggalkanlah berjual beli (pada saat itu); yang demikian adalah baik bagi kamu, jika kamu mengetahui (hakikat yang sebenarnya).” (Surah al-Jumu‘ah: 9)


Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan akan kewajipan sembahyang Jumaat itu sebagaimana sabdanya:

Maksudnya: “Menyegerakan Jumaat itu wajib ke atas setiap orang yang bermimpi (bâligh).” (Hadis riwayat an-Nasa’i)

Tersebut di dalam kitab Mughni al-Muhtâj: “Bahawa syara‘ telah menentukan syarat-syarat wajib sembahyang Jumaat itu ke atas setiap orang Islam yang mukallaf iaitu bâligh, berakal, merdeka, lelaki, orang yang muqîm, yang tidak sakit dan lain-lain lagi seperti takut, tidak mempunyai pakaian, lapar dan dahaga. Dan tidak wajib Jumaat itu bagi kanak-kanak dan orang gila sebagaimana pada sembahyang yang lain. Berkata Imam an-Nawawi di dalam kitab ar-Raudhah: “Tidak wajib Jumaat bagi orang yang pitam kerana pitam itu seperti orang gila, dan tidak wajib bagi hamba, perempuan dan orang musafir yang diharuskan, sebagaimana sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:

Maksudnya: “Sembahyang Jumaat itu hak yang wajib ke atas setiap orang Islam kecuali empat: Hamba yang dimiliki atau perempuan atau kanak-kanak atau orang sakit.”
(Hadis riwayat Abu Daud dan lain-lain)
Sabda Baginda lagi:

Maksudnya: “Tidaklah (wajib) sembahyang Jumaat itu bagi orang yang musafir dan orang yang sakit.”
(Hadis riwayat al-Baihaqi)
Berkata Imam an-Nawawi di dalam kitab yang sama: “Dan tidak wajib sembahyang Jumaat itu ke atas mereka yang berkeuzuran yang diberikan kelonggaran (rukhshah) pada meninggalkan sembahyang berjemaah.” (Kitab Mughni al-Muhtâj: 1/376)
Dan berkata Ibnu ‘Abbas bahawa: “Sembahyang Jumaat itu adalah seperti sembahyang berjemaah.”
Di antara keuzuran-keuzuran yang boleh seseorang itu meninggalkan sembahyang Jumaat ialah sibuk kerana menguruskan mayat yang ditakuti jika dilambatkan akan menyebabkan mayat menjadi busuk, dan orang yang menghidap penyakit cirit-birit dan takut akan mencemarkan kebersihan masjid. Imam ar-Rafi‘e juga menyebut di dalam kitab at-Tatimmah mengenai sembahyang berjemaah bahawa orang yang dipenjara (dikurung) itu juga adalah dianggap sebagai keuzuran. (Kitab Mughni al-Muhtâj: 1/376)
Berkata asy-Syirazi di dalam kitab al-Muhadzdzab: “Bahawa tidak wajib sembahyang Jumaat itu bagi orang yang takut akan berlaku suatu yang tidak baik pada dirinya atau hartanya sebagaimana hadis yang diriwayatkan daripada Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘anhuma bahawa Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Maksudnya: “Barang siapa yang mendengar seruan azan dan dia tidak pergi kepadanya untuk bersembahyang, maka tiada sembahyang baginya kecuali orang-orang yang mempunyai keuzuran”. Mereka bertanya: “Ya Rasulullah, apakah keuzuran itu?” Baginda menjawab (bersabda): “Takut dan sakit.”
(Hadis riwayat Abu Daud)
Tidak wajib sembahyang Jumaat itu bagi orang yang terkena hujan di dalam perjalanan menuju ke masjid menyebabkan pakaiannya basah dan terhalang tujuannya untuk bersembahyang, dan tidak wajib ke atas orang yang menunggu orang sakit yang tidak boleh ditinggalkan dan tidak wajib pula ke atas orang yang mempunyai keluarga (kerabat) atau menantu/ipar lelaki atau orang yang dikasihi yang hampir mati (nazak). (Al-Muhadzdzab: 1/152).
Beliau (asy-Syirazi) juga menyebutkan, di antara keuzuran-keuzuran yang boleh seseorang itu meninggalkan sembahyang berjemaah ialah kerana hujan lebat, berlumpur dan angin yang kuat di waktu malam yang sangat gelap, makanan yang terhidang sedang dia merasa lapar atau menahan daripada kentut, berak dan kencing.
Daripada keuzuran berjemaah yang lain ialah orang yang takut akan berlaku sesuatu yang tidak baik (mudharat) pada dirinya atau hartanya atau dia sakit. (Al-Muhadzdzab: 1/131)
Imam an-Nawawi menyebutkan, di antara yang dikatakan keuzuran itu ialah apabila dia takut daripada orang yang akan membuat zalim ke atas dirinya atau terhadap hartanya atau dia mempertahankan dirinya daripada sultan atau orang lain yang akan menzaliminya atau dia takut daripada pemiutang yang akan memenjarakannya atau dia mesti membayarnya sedangkan dia tidak berdaya. Dan termasuk takut tentang sesuatu yang mengenai harta itu ialah jika sekiranya roti sudah dibakar di dapur dan periuknya sudah di atas api sedang tidak ada orang yang menjaga di tempat itu. (Kitab al-Majmû‘: 4/100)
Maka daripada penjelasan terhadap kelonggaran (rukhshah) yang diharuskan bagi meninggalkan sembahyang Jumaat itu, pegawai-pegawai yang ditugaskan bekerja pada waktu sembahyang Jumaat dan kerja tersebut tidak boleh ditinggalkan, kerana tidak ada orang lain yang akan mengendalikannya, adalah keadaan tersebut termasuk dalam keuzuran yang diharuskan oleh syara‘, sebagaimana juga orang yang menunggu orang sakit yang tidak boleh ditinggalkan, atau kerja tersebut tidak boleh ditinggalkan kerana mentaati ketua. Di dalam Islam mentaati ketua itu adalah wajib pada perkara yang bukan maksiat dan bukan menderhaka kepada Allah dan RasulNya. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah Ta‘ala:

Tafsirnya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada uli al-amri (orang-orang yang berkuasa) daripada kalangan kamu.”
(Surah an-Nisâ’: 59)
Baginda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan di dalam hadis daripada Ibnu ‘Umar, Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Maksudnya: “Bagi seorang Muslim itu adalah wajib mendengar dan taat kepada orang yang berkuasa, sama ada dia menyukai atau sebaliknya, kecuali dia diperintahkan melakukan perkara maksiat. Jika dia disuruh melakukan perkara maksiat, maka tidak wajib mendengar dan mentaati (perintah itu).”
(Hadis riwayat Muslim)
Hendaklah diingat, bahawa pegawai yang ditugaskan itu janganlah dia bercita-cita atau mengharapkan supaya bertugas pada waktu sembahyang Jumaat agar dia terlepas daripada pergi menunaikan sembahyang Jumaat. Demikian juga menjadi kewajipan ketua untuk memerhatikan dan mencari jalan dengan bijaksana bagi mengaturkan jadual pekerjaan untuk pegawai-pegawai dan kakitangannya yang bertugas pada hari Jumaat, sehingga tidaklah terhalang orang-orang yang wajib Jumaat untuk menunaikannya. Umpamanya dengan cara yang bijaksana, jika mungkin, kita mengaturkan orang-orang yang tidak wajib Jumaat seperti pegawai-pegawai dan kakitangan perempuan ataupun mereka yang bukan beragama Islam untuk menjalankan tugas-tugas itu pada hari Jumaat, ataupun memadai pegawai-pegawai dan kakitangan yang beragama Islam itu hadir ke masjid dan selepas itu mereka akan mengambil alih semula tugas-tugas daripada pegawai-pegawai perempuan atau mereka yang bukan beragama Islam tadi.
Sekiranya tidak terdapat orang-orang yang bertugas itu mereka yang tidak wajib Jumaat, yakni semuanya wajib Jumaat belaka, maka hendaklah dipastikan serta dielakkan supaya pegawai-pegawai yang berkenaan itu, jangan sampai ada yang tidak menunaikan sembahyang Jumaat secara berterusan atau berturut-turut, dalam makna, mereka hendaklah digilir-gilir, umpamanya: Jumaat ini si A yang bertugas sementara si B menunaikan Jumaat. Untuk Jumaat yang lain, si A pula menunaikan sembahyang Jumaat sementara si B bertugas. Begitulah seterusnya.
Perlu diingat, bahawa amaran kerana meninggalkan fardhu Jumaat secara berturut-turut tanpa uzur itu adalah sangat keras dan berat.
Banyak hadis Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam yang memberi amaran sekeras-kerasnya kepada orang yang meninggalkan sembahyang Jumaat tanpa keuzuran kerana perbuatan tersebut adalah tanda bagi orang-orang munâfiq dan menjadi sebab turunnya kebinasaan di dunia dan di akhirat.
Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Maksudnya: “Barang siapa yang meninggalkan sembahyang Jumaat tiga kali dengan tiada keuzuran maka dia telah meletakkan Islam itu di belakangnya (meninggalkannya).”
(Hadis riwayat al-Baihaqi)
Di dalam hadis yang lain pula Baginda bersabda:

Maksudnya: “Barang siapa yang meninggalkan sembahyang Jumaat tiga kali dengan tiada keuzuran maka dia adalah seorang munâfiq.”
(Hadis riwayat Ibnu Hibban)
Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada satu kaum yang tidak bersembahyang Jumaat:

Maksudnya: “Aku menitikberatkan (memerintahkan) supaya seorang lelaki itu bersembahyang dengan beramai-ramai (berjemaah), kemudian aku berazam membakar rumah-rumah mereka (lelaki) yang meninggalkan sembahyang Jumaat.”
(Hadis riwayat Muslim)